Setiap suku di Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang khas, termasuk Makassar yang dikenal dengan masakan tradisionalnya. Hidangan khas Makassar umumnya diolah dengan cara yang sehat dan menggunakan rempah-rempah yang melimpah. Selain memiliki keragaman kuliner, Nusantara (termasuk Makassar) juga kaya akan rempah-rempah berkualitas tinggi yang menjadi salah satu ciri khas utama masakan Indonesia.
Itulah alasan ia menyajikan aneka menu masakan khas Makassar. Terinspirasi oleh keberagaman kuliner yang ada di Indonesia, termasuk masakan cepat saji dan western, ia justru terdorong untuk menonjolkan cita rasa Nusantara, khususnya kuliner khas Makassar sebagai identitas utama dalam usaha kuliner UMKM Mamink Daeng Tata yang berlokasi di Tebet.
Selain itu Daeng Tata mempunyai istilah tersendiri, bila orang Indonesia belum ketemu nasi maka belumlah makan yang sesungguhnya.
Daeng Tata telah menekuni dunia kuliner sejak awal tahun 1990. Awalnya, usahanya berada di kawasan pinggir dekat Patung Tugu Pancoran. Namun, setelah dibukanya jalur flyover menuju Casablanca sekitar tahun 1995, ia memutuskan untuk membuka Rumah Makan Mamink Daeng Tata di kawasan Tebet. Lokasinya berada di Jl. KH Abdullah Syafei No. 33 (dekat Telkom), arah menuju Kampung Melayu, Jakarta Selatan (tepatnya di sisi kiri jalan). Hingga kini, Mamink Daeng Tata telah berdiri selama kurang lebih 30 tahun.
Salah satu menu favorit di Mamink Daeng Tata adalah Tata’ Ribs. Hidangan ini berupa iga sapi yang telah dimarinasi, kemudian dibakar dan disajikan dengan bumbu kacang khas. Sebagai pelengkap, disajikan pula kuah dalam mangkuk terpisah serta potongan jeruk nipis untuk menambah kesegaran rasa.
Menu lainnya meliputi Sop Konro, Sop Saudara, serta Konro (steak iga sapi bakar) yang dipatenkan sebagai Tata Rib’s dengan bumbu kacang tanah khas yang gurih. Tersedia juga ikan bakar, sate ayam, jus alpukat, ifumie, mie Hokkian, dan cap jahe, dengan Tata Rib’s sebagai menu best seller. Kisaran harga menu di Mamink Daeng Tata berkisar antara Rp30.000 hingga Rp60.000, sedangkan nasi dihargai Rp5.000. Dengan demikian, harga yang ditawarkan masih tergolong terjangkau.
Selain membuka cabang di Pejaten, Permata Hijau Jakarta, dan Bandung yang kemudian ditutup karena kendala pengelolaan, Mamink Daeng Tata memutuskan untuk fokus mengembangkan restoran utama di Tebet. Di samping restoran tersebut, Daeng Tata juga mengelola sebuah pujasera yang menawarkan berbagai menu khas Nusantara seperti masakan Aceh, Melayu, empek-empek Palembang, Lampung, Manado, sate Padang, martabak, roti cane, nasi goreng kambing, dan lain-lain. Pujasera ini buka hingga pukul 4 dini hari menjelang subuh. Selain di Tebet, Mamink Daeng Tata juga membuka cabang di Radio Dalam, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Mamink Daeng Tata beroperasi setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 10 malam, tanpa hari libur kecuali pada Hari Raya Idul Fitri dan hari kedua Idul Fitri. Pada hari ketiga Idul Fitri, restoran kembali buka seperti biasa.
Dalam menjalankan usahanya, Daeng Tata telah memberdayakan sekitar 40 tenaga kerja serta menjalin kemitraan dengan berbagai pelaku UMKM yang tersebar di Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan wilayah lainnya. Upaya tersebut sangat menginspirasi dan turut membanggakan dalam melestarikan serta mempromosikan kekayaan kuliner Nusantara.
DFM Mania, jangan lewatkan perbincangan seru Inspirasi Damandiri edisi 20 Agustus 2025 bersama Daeng Tata, pemilik Mamink Daeng Tata Tebet! Simak kisah inspiratif dan rahasia di balik kesuksesan kuliner khas Nusantara yang jadi andalan.
Tonton kembali acaranya kapan saja di channel YouTube DFM: 103.4 DFM. Jangan sampai terlewat!

